Thursday, June 29, 2017

Belajar dari seekor burung kutilang

BELAJAR DARI SEEKOR BURUNG KUTILANG....


"Bernyanyilah lagu riang di kala sedih. Lantunkan lagu sendu di kala riang. Lampaui apa itu suka. Lampaui apa itu duka. Sampai akhirnya baik suka maupun duka berguru padamu."
• Ioanes Rakhmat


Banyak orang sering berkata, "Saya mau hidup tanpa persoalan apapun!"


Tapi, bisakah itu? Mungkinkah? Mustahilkah? Perlukah? Ataukah tidak perlu?

A problem-free life. Is it possible or impossible? Is it necessary or unnecessary?

Ya, tidak bisa. Tidak ada seorang pun dalam dunia ini, selagi hidup di muka Bumi, yang dapat terbebas sama sekali dari persoalan. Ini realitas. Harus diterima dan dihadapi dengan berani, cerdas, tenang, tegar, dan tetap bersikap positif.

Bahwa setiap orang akhirnya harus mati, ini sebuah persoalan eksistensial yang dihadapi semua orang, apapun kedudukan dan status sosial mereka dalam masyarakat, sejak bayi hingga tua dan lisut....! Konon Siddhartha Gautama juga terpukul batin dan pikirannya kali pertama dia tahu bahwa setiap manusia itu akan mati pada saatnya.

Kematian itu ambang batas daya tahan tubuh suatu organisme terhadap rasa sakit, azab, dan kerapuhan. Kematian itu ambang batas daya tahan mental orang untuk tidak menangis. Kematian itu pintu gerbang untuk masuk ke rumah besar ketiadaan dan kesunyian.

Gerontolog Aubrey de Grey melihat kematian bukan sebagai nasib atau takdir. Sebagai ilmuwan yang terus mengadakan riset tentang proses penuaan, De Grey memandang penuaan sebagai sebuah penyakit yang bisa ditangkal, dilawan dan disembuhkan. Katanya dengan yakin, tak lama lagi manusia bisa mencapai umur 1.000 tahun dengan tetap bugar.

De Grey tidak sendirian. Para pakar bidang-bidang ilmu yang lain juga berusaha memperpanjang umur manusia dengan tubuh yang tetap sehat dan bugar, lewat berbagai metode ilmiah.

Salah satu metode untuk anda bisa hidup abadi adalah mengubah semua info genetik dan semua data neurologis biologis anda menjadi info dan data komputasional digital yang lalu diintegrasikan dan disinergikan dengan kecerdasan buatan (yang akan terus makin cerdas secara otomatik) yang ada pada robot-robot silikon humanoid android. Jasad anda akan lenyap, sebagian kembali terdaurulang sebagai senyawa carbon; tapi jati diri anda diam dan aktif abadi dalam kehidupan robot-robot cerdas ini. Inilah keabadian digital, atau kelahiran kembali digital, dengan kualitas hidup yang meningkat terus-menerus.

Tapi, kehidupan yang abadi, yang sudah didambakan manusia sejak 5.000 tahun lampau, apakah juga menjanjikan dan menjamin tidak akan ada lagi persoalan dan azab dalam kehidupan manusia dan dunia? Saya yakin, Tidak! Masih ada sangat banyak misteri alam dan hukum-hukum fisika yang belum kita ketahui. Di antaranya, pasti juga akan mendatangkan tantangan, persoalan dan ancaman tak terduga di masa depan.

Catatlah hal ini: Bebas dari segala persoalan, ya juga tidak perlu, bahkan tidak menguntungkan. Kok begitu?

Ya, persoalan-persoalan besar atau kecil, yang mendatangi kita, atau yang kita sendiri datangi, kerap menempa kita menjadi manusia yang lebih tangguh, lebih cerdas, lebih sigap, lebih matang, lebih arif, lebih berwawasan, lebih berpengalaman, lebih taktis, lebih strategis, dan lebih maju.

Hal-hal bagus yang diberikan oleh persoalan-persoalan kita kepada diri kita ini menguntungkan bukan hanya kita sendiri, tetapi juga banyak orang lain.

Ketahuilah, persoalan-persoalan yang dihadapi manusia, dari zaman ke zaman, dari masa ke masa, juga menjadi faktor pendorong kuat bagi perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Ketika para ilmuwan bertemu dan menghadapi persoalan-persoalan manusia, baik persoalan biologis, persoalan sosial, maupun persoalan ekologis, mereka pun mulai berpikir cerdas dan keras, mengeksplorasi, menggelar pengkajian-pengkajian, menengok ke teori-teori ilmiah yang ada lalu mengevaluasi. Setelah itu, mereka menyusun hipotesis-hipotesis baru, menguji hipotesis-hipotesis ini lewat berbagai metode ilmiah, mengumpulkan bukti-bukti, melakukan berbagai analisis, lalu menyusun sintesis-sintesis, kemudian menarik kesimpulan-kesimpulan.

Dari semua aktivitas keilmuan itu, sains berkembang, sains-sains baru ditemukan, dan teknologi-teknologi baru yang lebih maju dihasilkan, untuk digunakan dalam mengatasi persoalan-persoalan yang sedang dihadapi.

Jadi, jangan takut terhadap semua persoalan! Jadikan semua persoalan anda sebagai:

• sang guru kearifan
• sebuah peluang untuk belajar dan maju lebih jauh
• sebuah ujian untuk hidup lebih tangguh dan lebih sabar
• sebuah kesempatan untuk mengalami empati dan kasih sayang dari orang-orang lain
• sebuah kesempatan untuk menemukan diri anda sangat kuat dan tegar dan tangguh, di luar perkiraan anda sebelumnya
• sebuah peluang untuk melihat kehidupan dari sudut-sudut pandang lain yang baru dan kreatif
• sebuah persiapan dan latihan untuk nanti anda siap, sigap, tahu dan paham bagaimana menolong orang lain
• sebuah kesempatan untuk berlatih ikhlas dan berterima kasih kepada sang pemberi kehidupan

Suatu ketika, seekor burung kutilang dari angkasa melihat ke bawah, ke sebuah desa terpencil. Dilihatnya di bawah, manusia harus berjalan berputar jauh untuk sampai di tempat sebuah mata air besar satu-satunya untuk seluruh penduduk desa. Mereka harus memutari sebuah bukit batu besar yang menjulang tinggi dan terjal dan terbentang lebar dan panjang.

Lalu sang kutilang berpikir, "Aku harus memindahkan bukit batu itu supaya semua penduduk desa itu hanya perlu waktu beberapa menit saja untuk tiba di mata air besar itu. Sekarang mereka sengsara, karena harus menempuh perjalanan memutar selama setengah hari bolak-balik!"

Maka mulailah sang kutilang mematuk bagian-bagian puncak bukit batu itu, secuil demi secuil, lalu butiran kecil batu yang sudah ada di ujung paruhnya dibawanya terbang ke suatu lembah luas yang jauh, dan di sana dia menjatuhkannya.

Tahun demi tahun berlalu. Windu demi windu lewat. Abad berganti abad. Terus saja sang kutilang dengan tegar, riang gembira, sabar, optimistik, dan sambil terus bersiul, memindahkan bukit batu besar itu dengan paruhnya yang kecil. Dia yang kecil memerlukan keabadian untuk dapat menyelesaikan pekerjaannya itu, mengatasi persoalan besar penduduk desa itu.

Setegar, seriang, sesabar dan seoptimistik sang kutilang kecil itukah anda, ketika anda sedang berada dalam sebuah persoalan berat? Trilililili lili lili trilili....!

Anda jelas lebih besar dari sang kutilang nan baik hati itu.

Tentu daya tahan mental dan raga setiap orang berbeda-beda. Ada yang tangguh dan kuat, dan ada juga yang ringkih dan letoi, karena pembawaan genetik, dampak faktor epigenetik, bentukan lingkungan pergaulan sosial dan lingkungan alam, asupan nutrisi, serta akibat pengasuhan dan pendidikan.

Banyak orang, lantaran tidak tahan lagi saat menghadapi banyak persoalan yang sangat sulit dan berat, akhirnya mengambil keputusan untuk bunuh diri. Ini fakta yang pedih.

Jika anda temukan diri anda tangguh dan riang seperti si burung kutilang itu, anda diperlukan untuk mendampingi, menguatkan dan menolong insan-insan yang rapuh itu. Sebagai sahabat sehati. Sebagai teman sejati. Sebagai penghibur. Sebagai penguat. Bukan sebagai hakim yang durjana.

Dus, persoalan apapun mampu membangun persaudaraan dan ikatan sosial dan solidaritas yang kokoh dan berharga, antar sesama manusia.

Gunung persoalan boleh sangat sangat tinggi. Lampauilah ketinggiannya dengan kesabaran, ketabahan, optimisme dan keriangan anda.

Ada sepasang sayap pada punggung anda. Terbanglah, lewati dan lampaui puncak tertinggi Mount Everest. Above it, you will find and hear the silence of all silence.

Jakarta, 15-9-2015
ioanes rakhmat

Editing mutakhir 29 Juni 2017
HUT ke-51 Pak Basuki Tjahaja Purnama
HBD koh Ahok. 
Jadilah sang burung kutilang itu.