Friday, June 12, 2015

Siapakah yang paling mudah mengalami pengalaman psikotik?

Realitas yang aneh....

Pengalaman psikotik didefinisikan sebagai pengalaman terlepas dari dunia nyata, masuk ke dalam halusinasi (mendengar suara-suara atau melihat sesuatu yang tidak ada) atau delusi (kepercayaan yang salah, namun dipercaya betul sebagai fakta, misalnya percaya bahwa diri sedang dikuntit oleh sesuatu, makhluk alien misalnya).

Umumnya kondisi psikotik terjadi jika orang mengalami kelainan kepribadian, serangan stres pasca-trauma, mental yang kompulsif dan obsesif, tumor otak, penyakit thyroid, epilepsi, terkena infeksi tertentu atau karena obat-obatan. Kaum perempuan juga kerap mengalami kondisi psikotik setelah ditinggal mati oleh orang yang mereka kasihi, atau setelah melahirkan anak. Kondisi psikotik semacam ini banyak yang bermuara pada penyakit mental skisofrenia, sementara ada yang tidak berkembang ke situ.  

Penelitian lapangan yang baru-baru ini diadakan oleh WHO terhadap 31.261 orang di 18 negara terkait kesehatan mental mereka, menemukan fakta-fakta berikut ini:

1. Pengalaman-pengalaman psikotik sedikit lebih umum di kalangan perempuan ketimbang di kalangan pria. Di antara perempuan yang disurvei, 6,6 persen telah mengalami halusinasi atau delusi pada suatu saat dalam kehidupan mereka, sementara pria hanya 5 persen.

2. Orang yang hidup tidak kawin, dan para pengangguran atau yang berpenghasilan minim, lebih sering terkena pengalaman psikotik, dibandingkan orang yang menikah dan memiliki pekerjaan tetap. Pengalaman psikotik terjadi lebih banyak di negara-negara yang penduduknya memiliki penghasilan tinggi atau menengah, ketimbang di negeri-negeri yang warganya berpenghasilan kecil.

3. Halusinasi atau delusi kadangkala dapat dialami sebagai bagian normal kehidupan mental oleh orang-orang yang bermental sehat, tanpa disebabkan oleh obat-obatan, alkohol, atau mimpi-mimpi atau keadaan ragawi yang buruk. 1 dari antara 20 penduduk pada umumnya mengalami kondisi psikotik semacam ini, khususnya saat mereka sedang mengalami kedukaan mendalam karena ditinggalkan kekasih-kekasih mereka. Dalam kondisi ini, mereka dapat mendengar suara almarhum atau melihat sosoknya lewat di depan mereka. Halusinasi semacam ini wajar dan tidak akan memburuk jadi skisofrenia. Kondisi ini adalah bagian dari proses mental melewati dan mengatasi masa-masa kedukaan yang dalam.   

Masih harus dikaji, mengapa dapat ada dua jenis pengalaman psikotik (yang dapat memburuk dengan muara pada skisofrenia; dan yang wajar terjadi pada orang yang sehat secara mental), dan apakah mekanisme mentalnya sama atau berbeda untuk dua jenis psikosis ini.

Sumber:
(1) Rachael Rettner, “1 in 20 People Has Hallucinated”, Live Science, 27 May 2015, pada http://www.livescience.com/50999-hallucinations-delusions-common.html; dan (2) John J. McGrath, Sukanta Saha, Ronald C. Kessler, et al., Psychotic Experience in the General Population: A Cross-National Analysis Based on 31261 Respondents From 18 Countries, JAMA Psychiatry, 27 May 2015, pada http://archpsyc.jamanetwork.com/article.aspx?articleid=2298236.