Thursday, May 21, 2015

Aung San Suu Kyi, mana kata-katamu kini?

Manusia perahu Rohingya terapung-apung di Laut Andaman, minggu lalu

Dalam koran The Washington Post, edisi 4 Desember 2014, penerima Nobel Perdamaian yang terkenal di dunia, Aung San Suu Kyi, politikus Burma masa kini dari partai oposisi, menyatakan hal berikut ini terkait nasib Muslim Rohingya.
“Aku tidak membuka mulut bukan karena kalkulasi politis. Aku membisu karena di pihak manapun aku berdiri, darah akan tetap tumpah lebih banyak lagi. Jika aku berbicara demi HAM, para Muslim Rohingya hanya akan menderita. Akan lebih banyak darah yang tertumpah.”/*/
Karena kasus Muslim Rohingya ini (di Burma mereka disebut orang Bengali) bukan kasus konflik agama (Buddhisme versus Islam), tetapi kasus politik, mustinya Aung San Suu Kyi (di Burma dipanggil Daw Suu) bisa berkata lebih dari itu, sesuai dengan keyakinannya bahwa setiap kata itu powerful, mampu mengubah kenyataan. Di tahun 2012, Daw Suu menyatakan hal berikut ini tentang kekuatan kata.
“Kata-kata memungkinkan kita untuk mengungkapkan perasaan-perasaan kita, untuk merekam pengalaman-pengalaman kita, untuk wewujudkan ide-ide kita, untuk menggeser lebih jauh batas-batas eksplorasi intelektual kita. Kata-kata dapat menggerakkan hati, dapat mengubah persepsi-persepsi, dapat menggerakkan manusia dan bangsa-bangsa dengan sangat kuat. Kata-kata itu bagian esensial dari ungkapan-ungkapan kemanusiaan kita. Mengekang dan menghambat kebebasan berbicara dan berekspresi sama dengan melumpuhkan hak-hak dasar kita untuk mewujudkan potensi-potensi kita sepenuhnya sebagai manusia.”


Kini perkenankan saya bertanya kepada Daw Suu: Mana kini kata-kata Daw Suu yang dulu pernah powerful itu? Berkata-katalah lebih banyak Daw Suu, maka dunia akan memperhatikanmu, sekarang! Kondisi Muslim Rohingya sekarang ini Daw Suu tentu terus ikuti dan ketahui. Daw Suu juga tentu sudah tahu, dari hari ke hari makin banyak Muslim Rohingya yang memutuskan diri untuk menjadi manusia-manusia perahu, dan banyak dari mereka terombang-ambing di lautan-lautan, atau terdampar di pantai-pantai berpasir negeri-negeri lain.

Daw Suu yang kami kasihi, jika Burma negara Daw Suu memang sudah tidak bisa menerima Muslim Rohingya, dan Daw Suu sudah tidak punya kekuatan dan kekuasaan lagi untuk ubah keadaan ini, maka, Daw Suu, gerakkanlah Amerika Serikat dan Uni Eropa lewat kata-kata Daw Suu yang pernah ampuh dan kuat, supaya mereka mau menerima Muslim Rohingya dan akhirnya menjadikan mereka warganegara, dengan berlandaskan ketentuan-ketentuan hukum yang ada. Jangan takut kehilangan muka, Daw Suu, jika Daw Suu meminta uluran tangan USA dan EU, sebab yang Daw Suu akan perjuangkan adalah sesuatu yang agung, atas nama cinta, kebajikan, kemurahan, kebaikan, persaudaraan antarmanusia, dan kemanusiaan. 

Semoga kedamaian, keberanian, cinta, kekuatan dan kearifan, selalu bersama Daw Suu selamanya. 

Salam saya, 

Jakarta, 21 Mei 2015
ioanes rakhmat

/*/ Ini link-nya http://www.washingtonpost.com/national/religion/why-wont-aung-san-suu-kyi-say-the-word-rohingya-commentary/2014/12/04/95477390-7bea-11e4-8241-8cc0a3670239_story.html. Baca juga ini http://www.independent.co.uk/voices/comment/aung-san-suu-kyis-silence-on-the-genocide-of-rohingya-muslims-is-tantamount-to-complicity-10264497.html.