Thursday, December 4, 2014

Burung dalam sangkar!



Berbahagiakah mereka berdua?


Apakah sekarang ini anda hidup bak seekor burung dalam sangkar, terkerangkeng oleh berbagai hal yang menghalangi anda untuk terbang bebas di angkasa?

Banyak hal yang kerap memenjara manusia, batin dan akal manusia khususnya, misalnya doktrin-doktrin agama yang keras dan sudah beku, ideologi-ideologi, pemujaan kekayaan, ketamakan, rasa haus kekuasaan, kebebasan yang tak bermoral, keakuan tanpa batas, dan masih banyak lagi.

Tetapi, sangkar terkuat yang sering mengurung seseorang adalah pikirannya sendiri yang dianggapnya sudah final.

Jika seekor burung dikurung dalam sangkarnya, sang burung akan mati perlahan-lahan sebelum dia mengecap kebebasan untuk terbang dengan merdeka dan riang di angkasa. Hidup sang burung ini sangat memedihkan jiwa.




Banyak usaha kini sedang dilakukan untuk mencegah berbagai jenis burung punah. Usaha ini harus didukung, tetapi tentu saja bukan dengan cara mengurung burung-burung dalam sangkar sempit yang akan membunuh mereka perlahan-lahan.

Lagu “Burung dalam Sangkar” berikut ini memedihkan dan memporakporandakan jiwa dan hati para pendengarnya. Ini liriknya:

Wahai kau burung dalam sangkar
sungguh nasibmu malang benar
tak seorangpun ambil tahu
duka dan lara dihatimu

Reff:
Wahai kau burung dalam sangkar
dapatkah kau menahan siksa
dari kekejaman dunia
yang tak tahu menimbang rasa

Batinmu nangis hati patah
riwayat tertulis penuh dengan
tetesan air mata

Sungguh ini satu ujian
tetapi hendaklah kau bersabar
jujurlah kepada Tuhan

Saya belum tahu pasti siapa pencipta lagu dukkha ini, apakah Koes Plus, ataukah May Sumarna yang dilantunkan oleh Emillia Contessa. Kalau ada teman yang tahu, siapa pencipta sebenarnya dan pada tahun berapa, tolong infokan ke saya. Saya juga tidak tahu siapa yang dimaksud dengan “burung dalam sangkar” dalam lagu ini.

Ada seseorang yang baik hati, tak saya kenal, muncul cuma sekali. Dia memberitahu saya bahwa aslinya lagu Burung dalam Sangkar diciptakan oleh seorang Malaysia yang bernama Ahmat Wan Yet, dan dinyanyikan oleh Abdullah Chik di tahun 1959 dalam film Korban Fitnah. Semoga info ini benar. Kalau salah, ya nanti akan saya perbaiki.

Jika anda tahan rasa pedih dan dukkha, nikmatilah lagu ini yang dinyanyikan Emillia Contessa di youtube ini http://youtu.be/P9CRbvJNDSk.




Jika anda adalah sang burung dalam lagu itu, segeralah buka pintu sangkar anda, sekuat tenaga, lalu keluarlah dan terbanglah. Hirup udara bebas. Jangan kembali lagi ke dalam sangkar penjerat itu!

Sekarang, hayatilah puisi saya ini, yang dapat membantu anda untuk membebaskan diri dari sangkar apapun yang sedang mengurung anda dalam duka nestapa atau kedamaian yang palsu.

KELUARLAH DAN TERBANGLAH!

Burung-burung ingin terbang bebas dan liar
Tapi manusia jahat menangkapi mereka
Lalu mengurung mereka dalam sangkar
Akhirnya matilah mereka karena tekanan jiwa

Angkasa luas membuat jiwa lapang
Sangkar-sangkar sempit menekan sukma
Mereka ingin keluar dari sangkar pengekang
Tapi mereka tak punya daya dan tenaga

Makanan dan air disediakan si empunya
Tapi kebebasan mereka telah direnggut
Selera makan mereka tak punya
Selera minum pun telah dibawa air hanyut

Jiwa dan tubuh makin lemah tersayat
Mata terus terkatup makin sipit dan rapat
Berdiri dan berjalan pun tak lagi kuat
Akhirnya mati teronggok sebagai mayat

Tak ada madah perkabungan dilantunkan
Si empunya mengambil bangkai si burung malang
Dibuang begitu saja ke tong sampah di halaman
Hanya siul indah si burung masih mengiang

Oh, oh nasibmu sang burung yang malang!
Pedih, perih, memilukan hati dan sanubari
Dari zaman ke zaman terus berulang
Kapankah engkau jadi raja buat dirimu sendiri?

Wahai burung-burung, hiburlah dirimu sendiri!
Banyak manusia malang juga sedang terkurung
Oleh sangkar-sangkar yang mereka buat sendiri
Sampai ajal mereka terus terkurung

Uang mengikat kuat tubuh selamanya
Kekuasaan mengurung pikiran dan jiwa
Ketamakan memborgol pikiran bulat-bulat
Keakuan membui kuat dan rapat

Tapi kawan, dengarlah ucapanku ini!
Sangkar terkuat adalah pikiranmu sendiri
Saat engkau menganggap pikiranmu sudah final
Tidak bisa lagi selamanya diubah dan disoal

Kau yang cerdas menjadi pandir dan dungu
Saat engkau gigih dan ngotot mempercayai
Pikiranmu tak bisa salah dan tak bisa keliru
Seolah engkau adalah sang Tuhan sendiri

Padahal Tuhan itu sendiri sebuah teka-teki besar
Mengundang orang bersoal dan menduga-duga
Untuk memecahkan teka-teki itu tanpa gentar
Tawa, canda dan guyon meramaikan suasana

Temukan di mana dirimu tersangkar
Hancurkan, remukkan sangkar itu sekuat tenaga
Keluarlah dan terbanglah bebas ke angkasa luar
Sekarang! Karena hidupmu sebentar saja! 

Nah, kini terbanglah dengan riang. Hidup ini hanya sebentar. Belum apa-apa, waktu anda sudah habis! Akan cepat berlalu. Jangan menunda lagi. Jangan sedih lagi. Jangan murung lagi. Rianglah! Bebaslah! Terbanglah menembus langit tanpa batas!


Jakarta, 4-12-2014

Diedit mutakhir 
26 Feb 2020
25 September 2021