Sunday, November 10, 2013

Twelve lessons from the wonderful nature


rivers teach us to make our life flow eternally...


Sangat banyak hal kita bisa pelajari dari alam, baik untuk menambah ilmu pengetahuan kita dari saat ke saat, maupun untuk membuat kita lebih bijaksana dalam melakoni kehidupan kita masing-masing. Semua kitab suci agama-agama kuno juga berbicara banyak tentang manfaat alam sebagai media untuk menambah pengetahuan dan kearifan kita, bahkan sebagai media untuk manusia berjumpa dengan sang Tuhan sendiri.

Bahkan dalam natural religions yang lahir pada era mitologis dalam perkembangan evolusioner peradaban manusia, nature dan segala kekuatannya dipersonifikasi dalam berbagai sosok adikodrati dewa-dewi atau setan-setan atau makhluk-makhluk angkasa lainnya. Pada era mitologis, gerhana di angkasa, misalnya, dipandang bukan hanya sebagai suatu kejadian alam, tapi ditafsirkan sebagai pertarungan sosok-sosok adikodrati yang hidup di kawasan angkasa. Dalam mitologi bangsa Viking, berkaitan dengan gerhana, dua ekor serigala supernatural yang bernama Skoll dan Hati digambarkan memburu Matahari dan bulan. Ketika keduanya berhasil menangkap Matahari dan bulan, terjadilah gerhana-gerhana. Saat itulah manusia di Bumi bergerak cepat untuk menyelamatkan dua benda langit ini dengan membuat berbagai suara dan bunyi-bunyian yang keras, dengan harapan mereka dapat menakut-nakuti serigala-serigala itu sehingga dua binatang angkasa ini akan melepaskan kembali Matahari dan bulan agar keduanya dapat bersinar terang lagi.

Pada era saintifik yang di dalamnya sekarang kita hidup, baik gerhana bulan maupun gerhana Matahari tentu saja telah didemitologisasi. Sains modern bisa menjelaskan dua gerhana ini dengan tepat sebagai kejadian-kejadian alam biasa yang kapan akan terjadinya dapat diprediksi jauh-jauh hari dengan tingkat akurasi yang tinggi. Saat dua gerhana ini berlangsung, makhluk-makhluk supernatural apapun tidak ada yang terlibat; kejadian-kejadiannya sepenuhnya berlangsung di bawah kendali hukum-hukum alam yang dapat diobservasi dengan cermat dan dapat dipahami cara-cara kerjanya. Bukan hanya gerhana, semua kejadian alam pada era modern ini sesungguhnya telah kehilangan segi-segi mitologisnya. Demitologisasi telah meresap ke mana-mana, tak terbendung, saat sains dan teknologi modern bisa menjelaskan nyaris segala-galanya secara objektif naturalistik.

Banyak teknologi modern bisa dikembangkan dengan belajar dari alam. Ini pengetahuan yang umum sudah kita ketahui. Tak ada yang luar biasa tentang hal ini. Tapi yang membuat teknologi modern lahir dari alam, tentu saja bukan karena alamnya sendiri yang murah hati atau yang mengajar kita, tapi karena manusia modern mampu memikirkan dan menyelidiki banyak hal dan banyak kejadian dalam alam ini. Tanpa manusia memiliki kemampuan berpikir dan melakukan penelitian, alam tetap akan tinggal sebagai alam yang terpisah dari manusia kendatipun sekaligus berada bersama manusia, tidak menyumbang apapun pada pengetahuan dan kearifan manusia.

Alam sudah berumur relatif tua. Bumi sudah ada sejak 4,5 milyar tahun lalu, sementara jagat raya kita sudah berumur 14 milyar tahun jika dihitung dari saat big bang, dentuman besar, yang mengawali jagat raya yang selanjutnya mengembang dengan makin cepat, bak mengembangnya sebuah balon raksasa yang sedang ditiup.

Tapi baru pada era modern ini, yang baru kita masuki 300 sampai 400 tahun lalu, kita bisa membangun teknologi dengan antara lain belajar dari alam, bahkan teknologi modern yang sudah tidak sederhana. Moyang manusia dulu tak bisa, meskipun alam diam-diam sudah memberi mereka banyak pelajaran dan petunjuk. Mungkin anda bertanya, Mengapa kita harus menunggu begitu lama untuk bisa menghasilkan sains dan teknologi modern padahal Bumi dan jagat raya kita sendiri sudah berusia milyaran hingga belasan milyar tahun? Jawabnya: Pertama, ya, karena kita sebagai manusia tunduk pada hukum-hukum evolusi kosmis, evolusi geologis, evolusi atmosferik, evolusi biologis, dan evolusi peradaban, yang masing-masing prosesnya memakan waktu relatif panjang. Sekalipun demikian, hanya dalam era modern ini evolusi dapat kita intervensi lewat teknologi untuk mempercepat prosesnya, menjadi evolusi artifisial teknologis. Kedua, ya karena kita sebagai organisme cerdas yang diberi nama Latin homo sapiens baru muncul di Bumi 300.000 hingga 400.000 tahun lalu saja,/1/ sementara evolusi spesies sudah berlangsung 3,5 milyar tahun lamanya di planet Bumi, yang dimulai dari organisme-organisme bersel tunggal prokariota (bakteri) dan eukariota.

Orang biasa memikirkan hal-hal yang indah-indah saja dari alam untuk mereka pelajari; alhasil, kata mereka, teknologi berkembang. Tapi sadarkah kita bahwa alam punya wajah yang lain juga, yang kita harus berani pandang dan hadapi. Wajah lain dari alam itu adalah wajah keras dan destruktifnya, yang kelihatan saat terjadi bencana-bencana alam dengan daya perusak yang variatif.

Adalah suatu fakta sangat pedih bahwa alam kerap juga melenyapkan kehidupan kita dan banyak organisme lain, dan membuat umat manusia menderita banyak hal yang sangat berat dan dalam beranekaragam intensitas dan ekstensitas. Tentu ada banyak hal yang bisa kita pelajari dari Tsunami yang menyangkut gerakan-gerakan kulit Bumi dan lempeng-lempeng tektonik di dasar laut, tetapi bencana alam ini sangat banyak memakan korban manusia dan merusak ekologi dengan radikal. Tak ada yang indah dari Tsunami. Tak ada yang indah dari gempa bumi dahsyat. Tak ada yang indah dari tornado yang dapat merusak ekologi satu kampung dan memusnahkan sangat banyak penghuninya.



Tornado dengan daya perusak yang sangat besar

Kaum agamawan kerap menyatakan, dari perenungan segala hal dalam alam, kita jadi bisa makin dekat mengenal Tuhan, sang Pencipta jagat raya. Bahkan dalam beberapa teks keagamaan, langit dengan puitis metaforis digambarkan sebagai sebuah kitab tulis Allah yang maha luas, tanpa batas, yang darinya umat dapat belajar ilmu pengetahuan dan kearifan, dan pengenalan terhadap diri Allah sendiri. Langit menceritakan kemuliaan Allah, tulis seorang penyair zaman kuno. Dalam Tanakh Yahudi, penulis kitab Mazmur mengungkapkan kekagumannya pada keindahan langit yang katanya dibuat oleh jari Allah. Tapi ketika dia membandingkannya dengan manusia, dia terheran-heran karena ternyata Allah lebih mengindahkan manusia. Tulisnya, “Jika aku melihat langit-Mu, buatan jari-Mu, bulan dan bintang-bintang yang Kautempatkan: apakah manusia, sehingga Engkau mengingatnya? Apakah anak manusia sehingga Engkau mengindahkannya? (Mazmur 8:4-5).  

Tapi kita juga perlu bertanya: Kalau semua hal dalam alam ini dan semua kejadian alam dipandang sebagai pekerjaan Tuhan, maka Tuhan jenis apakah yang ada dibalik Tsunami, gempa dahsyat, dan tornado? Kaum agamawan tak bisa menjawab pertanyaan itu, yang bagaimanapun juga harus dijawab, jika Allah diyakini ada di balik semua kejadian alam. Umumnya jika didesak, mereka akan menjawab: Adalah kedaulatan Allah sepenuhnya untuk Dia melakukan hal apapun atas semua ciptaan-Nya. Suka-sukanya Allah! Anda tak bisa bersoaljawab dengan Allah, karena anda hanyalah makhluk, bukan sang Khalik. Jika anda membandel, tak mau tunduk kepada kedaulatan Allah, maka Allah akan mengutuk anda! Itu kata mereka.

Tapi sadarkah mereka bahwa sosok Allah yang mereka tampilkan itu adalah sosok Allah sebagai seorang monarkh yang diktatorial, kejam dan bengis, sama sekali jauh dari sosok kebapakan atau sosok keibuan yang mustinya terlihat dalam diri Allah, setidaknya diri Allah dalam penghayatan saya. Juga, sadarkah mereka bahwa gambaran tentang suatu Allah pemurka dan penghukum lewat bencana-bencana alam, sungguh suatu gambaran yang sama sekali tak sejalan dengan gambaran tentang Allah yang mahakasih dan mahapenyabar.

Pendek kata, ada banyak kejadian alam yang darinya kita tak bisa belajar apa-apa, melainkan hanya menemukan di dalamnya fakta-fakta keras kehancuran dan kemusnahan kehidupan dan azab manusia dan semua organisme lain yang tak tertanggung. Temukanlah kebenaran dalam apa yang dikatakan Carl Sagan bahwa dalam jagat raya ini kemusnahan adalah kaidah, ketahanan hidup adalah suatu kekecualian./2/

Tapi, pada sisi lain dari fakta keras dan suram itu, jangan lupakan fakta yang satu ini: manusia memiliki kemampuan rasional yang luar biasa untuk melampaui kekuatan-kekuatan alam, dan berada di atas alam juga, ketika kemampuan rasional ini dijelmakan sebagai kemampuan berpikir saintifik. Banyak teknologi modern telah dan sedang dibangun manusia bukan karena manusia belajar dari alam saja, tapi sesungguhnya karena manusia mampu berpikir saintifik, suatu kemampuan yang muncul dari struktur-struktur neurologis dalam otak kita. Apa yang membuat si penulis bagian kitab Mazmur yang sudah dirujuk di atas terheran-heran hemat saya adalah benar: manusia ternyata lebih indah dari alam. Kenapa? Hemat saya, karena manusia memiliki kemampuan untuk berpikir saintifik. Berpikir saintifik itu indah. Apakah anda baru menyadarinya sekarang?

Kalau hanya menuruti hukum-hukum alam, selamanya kita tak akan pernah maju dalam sains dan teknologi. Gaya gravitasi, misalnya, adalah kekuatan hukum alam, dan kalau kita hanya ikuti kekuatan alam ini, kita tak akan pernah bisa punya pesawat-pesawat jet yang menerbangkan kita ke angkasa dengan melawan gaya gravitasi Bumi. Kita nyaris tak belajar apapun dari seekor capung atau seekor kumbang yang bisa terbang, ketika kita membangun pesawat-pesawat jet kita. Cara kerja sebuah pesawat terbang bermesin jet terlalu rumit untuk hanya disamakan dengan cara kerja sayap-sayap seekor capung atau sayap-sayap seekor kumbang.

Kalau kita hanya tunduk pada gaya gravitasi Bumi, tak akan pernah kita bisa menerbangkan wantariksa sampai ke planet Mars dan planet-planet lain yang berlokasi lebih jauh dari Bumi. Karena kita tak mau tunduk pada gaya gravitasi, wantariksa NASA Voyager 1, yang sudah terbang di angkasa luar selama kurang lebih 35 tahun, dipastikan sudah melesat keluar tata surya kita, masuk ke dunia antarbintang, sejak November 2012./3/ Yang menakjubkan juga, lewat sains-tek modern, kita bisa juga memanfaatkan gravitasi antarplanet sebagai tenaga pendorong sebuah wantariksa di angkasa luar sehingga tak memerlukan bahan bakar untuk penerbangannya.

Pada sisi lain, kalau kita menyerah pada kekuatan alam, banyak jenis penyakit akan dengan mudah memperpendek dan melenyapkan kehidupan kita. Justru karena kita tak mau menyerah begitu saja pada kekuatan-kekuatan alam, ilmu kedokteran dan teknologi kesehatan dan pengobatan terus berkembang, dan kita semua menerima banyak manfaat dari keduanya.

Dalam agama-agama tertentu umat diajarkan untuk tunduk dan menyerah pada nasib dan takdir ilahi, yang kata para guru agama tak bisa dilawan manusia. Tapi karena tak mau menyerah pada kekuatan nasib atau takdir, manusia modern terus mengembangkan sains-tek untuk menggapai masa depan yang lebih baik. Kini para saintis dan teknolog modern yang berwawasan futuris, seperti Ray Kurzweil yang kerap dikritik pedas ad hominem oleh John Horgan, lalu Aubrey de Grey, Michio Kaku, Craig Venter, dan lain-lain, sedang bekerja keras untuk kita bisa tidak tunduk begitu saja pada kemauan alam atau nasib atau takdir. Nanti kita akan bisa mengendalikan berbagai bencana alam, mengubah cuaca bahkan memodifikasi iklim, dan menemukan teknik-teknik pengobatan yang makin dapat diandalkan dengan biaya yang bertambah murah, dan sumber-sumber energi bersih yang terbarukan dengan biaya relatif murah. 

Sebagai seorang pakar gerontologi (ilmu yang mengkaji proses penuaan), Aubrey de Grey khususnya sangat terkenal karena dia dengan berani dan jelas memproyeksikan di masa depan ini setiap manusia akan dapat hidup sehat selama 1000 tahun. Untuk mencapai visinya ini, De Grey membangun sebuah strategi untuk memerangi proses penuaan yang dipandangnya sebagai sebuah penyakit yang dapat disembuhkan lewat sains-teks rekayasa genetik, strategi yang dinamakannya SENS (Strategies for Engineered Negligible Senescence)./4/ Jika kematian selama ini dipandang sebagai sebuah nasib dan takdir ilahi atau hukum alam mutlak yang tidak bisa dilawan, kini orang seperti De Grey yang sedang berjuang untuk melawan dan menaklukkannya makin bertambah banyak.

Pendek kata, kita kini sebagai manusia modern bisa berpikir dan bertindak melampaui dan mengalahkan kekuatan-kekuatan alam, tidak hanya tunduk pada alam. Artinya: Kita bukan hanya bisa belajar dari alam, tetapi alam juga harus belajar dari kita, homo sapiens, sejauh alam itu punya kesadaran. Hanya dalam era modern ini kita tidak tunduk lagi pada alam, sesuatu yang tak bisa dilakukan moyang manusia dulu.

Meskipun kita sekarang relatif sudah tak tunduk lagi pada kekuatan-kekuatan alam, kita tetap memiliki kesadaran kuat untuk memelihara alam dan hidup selaras dengannya, bahkan belajar juga dari alam. Bagaimanapun juga, di era modern ini, kita bukan hanya memelihara alam dan hidup selaras dengannya, tetapi juga melampaui alam, demi kehidupan dan masa depan yang lebih baik. Dengan demikian, alam juga di era modern ini harus belajar dari manusia, seandainya alam memiliki kesadaran, atau seandainya alam menampilkan wajah dan pikiran Tuhan.

Anda tentu boleh bertanya ke saya, apa hubungan saya dengan alam, dan hal-hal apa saja yang dapat saya pelajari dari alam. Berikut ini jawaban saya.

Saya mencintai alam karena saya adalah bagian darinya, telah datang darinya, dan akan kembali kepadanya dengan rasa terima kasih. Alam memberi saya sedikitnya dua belas pelajaran agung dan abadi yang ingin saya bagikan kepada anda semua, sebagai berikut.

I love nature because I am a part of it, came from it, and will return to it thankfully. It gives me at least twelve great and eternal lessons that I wish to share with all of you, as follows.

Angin yang berhembus mengajar saya untuk selamanya bergerak dari satu keadaan pikiran ke keadaan pikiran lainnya, dengan demikian mengalami kemajuan mental, dari saat ke saat, sampai mencapai titik terjauh dari perkembangan diri saya pribadi. 

The wind that blows teaches me to move forever from one state of mind to another, making mental progress from moment to moment until it reaches the farthest point of my personal development. 

Sang Mentari yang terbit dan tenggelam mengajar saya untuk memenuhi semua kewajiban harian saya dengan setia untuk menyebarkan kebaikan, kesehatan dan kehidupan, kepada semua bentuk kehidupan tanpa pamrih. 

The Sunset and Sunrise teaches me to fulfill my daily obligations faithfully, spreading goodness, health and life to all beings without reserve.

Samudera nan biru mengajar saya untuk menyambut dan menerima segala sesuatu yang mengalir dan mendatangi saya dengan tenang, sabar, agung dan ikhlas. 

The blue oceans teach me to welcome and receive everything that flows and comes to me calmly, patiently, greatly and earnestly. 

Langit yang biru dan lengkung mengajar saya bukan hanya untuk yakin bahwa saya selalu dilindungi oleh Hakikat Teragung dalam jagat raya, tapi juga untuk menjadi pengayom dan payung bagi orang-orang yang memerlukan perlindungan dari hal-hal yang jahat yang menyerang mereka.

The blue overarching sky teaches me not only to be convinced that I am always protected by the Greatest Being in the universe, but also to become a shelter and an umbrella for those who need a protection from evil things that invade them. 

Gunung-gunung mengajar saya untuk yakin bahwa di dalam diri saya terdapat kekuatan dahsyat yang menunggu untuk dikelola dan digunakan dengan cara sebaik mungkin demi kebaikan semua bentuk kehidupan. 

The mountains teach me to be convinced that there is tremendous power within me that awaits to be managed and employed in the best possible way for the good of all beings. 

Sungai-sungai mengajar saya untuk membuat kehidupan saya terus-menerus mengalir dan tidak pernah terhenti pada satu tahap manapun dari perkembangan jiwa saya sampai saya mencapai kematangan terpenuh dari kepribadian saya. 

The rivers teach me to make my life flow continually and never stop at any point of my psychological development until I reach the fullest maturity of my personality. 

Hutan-hutan mengajar saya untuk memiliki kepribadian yang berakar dalam yang terus tumbuh bersama dengan sesama saya demi ketahanan hidup generasi-generasi yang akan datang.

The forests teach me to have a deep-rooted personality that grows steadily together with my fellow beings for the survival of next generations. 

Langit siang yang terang mengajar saya untuk bekerja keras dan tekun sementara saya masih muda dan kuat sebelum masa uzur kehidupan saya datang yang akan bermuara pada akhir yang abadi.

The bright day sky teaches me to work hard in a determined way when I am still young and strong before the declining years of my life come which will lead my life to the eternal end. 

Langit malam yang gelap mengajar saya untuk dapat melihat bintang-bintang kecil yang terang ketika saya dibanjiri kesulitan-kesulitan dan masalah-masalah besar dan berat dalam kehidupan saya.

The dark night sky teaches me to be able to see bright little stars when overwhelmed by extreme difficulties and big problems in my life. 

Hujan mengajar saya untuk mencurahkan kemampuan-kemampuan intelektual saya kepada sebanyak mungkin orang supaya mereka dapat tumbuh subur secara intelektual dan menghasilkan buah-buah pengetahuan dengan berlimpah ruah.

The rain teaches me to pour out my intellectual capacities to as many people as possible so that they can intellectually grow prosperously and bear fruit of knowledge abundantly. 

Guntur di angkasa yang gelap bersama dengan kilat yang menyertainya mengajar saya untuk siap dikejutkan oleh temuan-temuan baru dalam dunia ilmu pengetahuan yang selalu menggairahkan, mempesona, dan mencerahkan saya dengan sangat dalam dan luar biasa. 

The thunder in the dark sky together with the lightning accompanying it teach me to be ready to be surprised by new findings in the world of science that always very deeply fascinate, exhilarate, and astonishingly enlighten me. 

Pelangi setelah hujan mengajar saya untuk hidup dengan gembira dan bersyukur di dalam suatu dunia multikultural yang di dalamnya setiap ekspresi kebudayaan dari kehidupan ini dihargai sebagaimana layaknya. Pelangi juga meyakinkan saya bahwa setelah menanggung masalah-masalah apapun yang tak terelakkan dalam kehidupan saya, di ujungnya saya akan menemukan kebahagiaan yang menakjubkan.

The rainbow after the rain teaches me to live happily and gratefully in the multicultural world in which every cultural expression of our life is appreciated as it deserves. It also makes me convinced that after having to bear any problems in my life, there will be a wonderful happy ending. 

Itulah duabelas pelajaran yang selalu saya terima dari alam yang menakjubkan, di mana kita semua menjadi bagiannya. Sebarkanlah semua pelajaran ini kemanapun anda pergi untuk membuat orang-orang tercerahkan dan makin dalam mencintai alam.   

Those are the twelve lessons I always receive from the wonderful nature of which we all are a part. Disseminate all this wherever you go to make people enlightened and love nature more and more deeply. 

Pada kesempatan ini saya ajak anda untuk, seperti saya, banyak belajar dari alam, sekaligus bangga dengan kodrat anda sebagai organisme yang rasional. Kodrat anda ini memungkinkan anda melampaui dan berada di atas alam, suatu posisi yang seharusnya juga membuat alam hormat pada anda dan mau belajar dari anda. Bukan hanya alam yang menampilkan wajah dan pikiran Tuhan, tetapi diri anda juga pengejawantahan wajah dan pikiran Tuhan, khususnya lewat kemampuan berpikir rasional anda. 

Ketika anda berpikir rasional, dan membangun ilmu pengetahuan, di saat itulah anda beribadah dengan autentik, sungguh-sungguh autentik. Sungguh, Tuhan anda adalah sang Tuhan yang mencintai ilmu pengetahuan dan mendorong anda untuk mencari dan mengembangkannya tanpa batas. Semakin dalam keyakinan anda bahwa Tuhan itu mahatahu, maka semakin kuat anda terdorong untuk mengembangkan ilmu pengetahuan tanpa batas untuk menemukan kemahatahuan Tuhan.

Jika anda seorang Muslim, ingatlah selalu sebuah perintah suci dari Nabi Muhammad supaya anda menuntut ilmu pengetahuan walaupun untuk itu anda harus pergi sampai ke negeri China. Dalam kitab suci anda, teks QS 16:43 (bdk. 21:7) berbunyi, Bertanyalah kepada orang yang berilmu jika kamu tidak mengetahui.” Menurut Abdurrahman Wahid, ada dua jenis ilmu, yakni ilmu akal yang diperoleh lewat kelima indra manusia, dan ilmu hati yang didapat lewat ilham yang bekerja dalam batin manusia ketika manusia menjalankan olah hati. Sumber utama kedua ilmu ini hanya satu, yakni Tuhan sendiri./5/

Jika anda seorang Kristen, tentu anda tahu bahwa Yesus Kristus memerintahkan anda untuk percaya kepada Tuhan bukan hanya dengan segenap hati, tapi juga dengan segenap akal budi anda. Yesus Kristus yang jelas sangat dekat dengan alam pernah bersabda, bahwa iman seorang yang beragama dapat memindahkan gunung. Tapi kata saya, iman yang buta tak akan bisa memindahkan sebuah gunung tinggi manapun, tetapi iman keagamaan yang cerdas bisa, saat iman ini merangkul pemikiran rasional, sains dan teknologi modern.   

Jika anda seorang Buddhis, tentu anda juga ingat kalau Junjungan anda, sang Buddha Gautama, meminta anda juga untuk mengevaluasi semua tradisi keagamaan anda, dari manapun sumbernya, dengan menempatkannya di bawah sorotan akal dan nalar anda.

Jika anda seorang Hindu, berbahagialah, sebab anda memiliki Dewi Saraswati yang menjadi personifikasi ilmu pengetahuan, kesenian dan keindahan, dalam worldview keagamaan anda. Dalam Rg Veda I. 164. 46 ditulis bahwa kebenaran itu adalah sifat Tuhan, dan untuk mendekat pada kebenaran Tuhan ini sarananya adalah agama dan ilmu pengetahuan. Dalam Bhagawad Gita dikatakan bahwa kedamaian yang abadi akan anda peroleh jika anda memiliki ilmu pengetahuan (IV. 39), bahwa persembahan berupa ilmu pengetahuan lebih mulia dibandingkan persembahan berupa materi (IV. 33). Dalam Bhagawad Gita IV. 36 ditulis, “Seandainya pun anda orang yang paling berdosa di antara manusia yang memikul dosa, dengan perahu ilmu pengetahuan lautan dosa akan anda seberangi.  

Jadi, apapun agama anda, jangan museumkan kemampuan berpikir rasional anda kalau anda mau beribadah dalam tingkatan-tingkatan yang makin tinggi. Museum itu tempat fosil-fosil. Akal budi dan nalar tempatnya bukan di museum, tetapi di dalam laboratorium. Tolok ukur ketinggian keberagamaan anda sebenarnya bukan hanya berapa dalam kesalehan individual anda, tapi juga, dan terutama, berapa tajam kebernalaran anda. Tentu saja, anda harus lebih maju lagi: kebernalaran anda harus dilengkapi dengan akhlak anda yang agung.

Beribadahlah lewat pemikiran rasional, pengembangan ilmu pengetahuan, dan iman yang luas dan cerdas, karena ibadah jenis ini adalah ibadah yang mulia dan bermanfaat, dan akan meninggikan nilai-nilai kemanusiaan kita. Beribadah dengan pikiran yang picik dan tertutup, dan dengan iman yang buta, sama sekali tidak mulia dan sama sekali tak bermanfaat, dan akan memerosotkan keluhuran kemanusiaan kita.

----------------------
/1/ Penetapan kurun 300.000 hingga 400.000 tahun lalu berdasarkan temuan DNA mitokondrial manusia kuno yang diekstrasi dari sebuah fosil tulang paha yang berumur 400.000 tahun yang ditemukan di Spanyol dalam sebuah goa yang dinamakan Sima de los Huesos (dalam bahasa Spanyol, artinya Lubang Tulang-tulang). Lihat laporan temuan ini oleh Matthias Meyer, Qiaomei Fu, et al., A Mitochondrial genome sequence of hominin from Sima de los Huesos, Nature (2013) doi:10.1038/nature 12788, diterbitkan online 04 Desember 2013, pada http://www.nature.com/nature/journal/vaop/ncurrent/full/nature12788.html. Lihat tinjauan hasil kajian ini oleh Carl Zimmer, Baffling 400.000-Year-Old Clue to Human Origins, The New York Times Science, December 4, 2013, di http://www.nytimes.com/2013/12/05/science/at-400000-years-oldest-human-dna-yet-found-raises-new-mysteries.html?_r=0. Lihat juga L. Vigilant et al., “African Populations and the Evolution of Human Mitochondrial DNA”, dalam Science 253, no. 5027 [1991], hlm. 1503-1507.

/2/ Carl Sagan, The Varieties of Scientific Experience: A Personal View of the Search for God (disunting oleh Ann Druyan; New York: Penguin Press, 2006), hlm. 196.

/3/ Bahwa wantariksa NASA yang diberi nama Voyager 1 dipastikan sudah memasuki ruang antarbintang ditunjukkan oleh vibrasi plasma pekat atau gas yang terionisasi yang berada di ruang antarbintang yang berhasil direkam suaranya oleh instrumen gelombang plasma pada wantariksa ini. Suara vibrasi ini direkam pada Oktober-November 2012 dan April-Mei 2013. Lihat http://www.youtube.com/watch?v=LIAZWb9_si4&utm_source=buffer&utm_campaign=Buffer&utm_content=buffer245a0&utm_medium=twitter. Sebelumnya, di tahun 2010, diperkirakan Voyager 1 akan masuk ke ruang antarbintang tahun 2014; baca infonya di http://www.space.com/10482-nasa-voyager-1-spacecraft-nearing-edge-solar-system.html.

/4/ Situs web resmi SENS Research Foundation beralamat di http://www.sens.org/. Tentang berbagai usaha sains dan teknologi modern untuk menaklukkan kuasa kematian, lihat Ioanes Rakhmat, Beragama dalam Era Sains Modern (Jakarta: Pustaka Surya Daun, 2013), bab 13 (hlm. 393-411). 

/5/ Lihat Saefur Rochmat, “Pandangan Abdurrahman Wahid tentang Relasi Islam dan Negara: Pendekatan Sosio-kultural” dalam Millah vol. X, No. 2, Februari 2011, hlm. 339 [335-353]. Tersedia online di http://www.academia.edu/3636563/Saefur_MILLAH_GD.