Monday, September 24, 2012

Agama itu bak UUD!

Agama itu bak konstitusi (UUD). UUD diatur, disusun dan dibuat manusia pada awalnya; manusia berkuasa menyusunnya menurut pandangan-pandangan manusia si pembuatnya; tetapi begitu UUD ini disahkan dan diberlakukan, manusia (pembuat UUD dan rakyat) harus tunduk kepada UUD ini, tak boleh melanggarnya, dan jadilah UUD ini menguasai dan mengatur bahkan memiliki nyawa manusia. 
Begitu juga halnya dengan agama. Agama semula dibuat manusia (lewat proses evolusi biologis dan evolusi kebudayaan), tetapi begitu agama ini sudah mapan dan disucikan dengan menghubungkannya dengan dunia adikodrati, maka agama berkuasa atas kehidupan manusia, mengendalikan seluruh gerak kehidupannya, berkuasa atas kehidupan dan kematian manusia.

Tapi, kita tahu, jika sebuah UUD dipandang sudah tak relevan oleh manusia pembuatnya untuk kurun yang sudah berbeda dari kurun ketika UUD ini dulu disusun, maka dibuatlah amandemen-amandemen (perubahan-perubahan) atas UUD yang sudah ada. Jadi, pada akhirnya, manusia merebut kembali kekuasaannya, dan berada kembali di atas UUD dan mengendalikan UUD ini.

Begitu juga seharusnya dengan agama: manusia yang membuat agama harus juga pada suatu waktu merebut kekuasaan agama dan mengubah agama; ketika ini terjadi, manusia berada di atas agama kembali seperti keadaan sebelum adanya agama yang dimapankan dan disucikan. Jika manusia bisa berkuasa kembali atas agama, itulah saat di mana manusia tidak mau dikuasai bulat-bulat oleh agama, dan sebaliknya, mau mengendalikan agama kembali.

Tetapi problemnya: ada saja manusia yang ingin terus dikuasai dan ditelan oleh agama yang sudah dimapankan, dan manusia semacam ini berwatak konservatif bahkan fundamentalis. Kalangan konservatif dan fundamentalis ini ingin dikuasai dan diatur oleh agamanya selamanya, apapun juga taruhannya: termasuk berperang di jalan Allah atau malah mempertuhan agama. Kalangan inilah yang terus diperbudak agama, dan memusuhi kalangan liberal yang mau mengubah agama karena mereka tahu betul agama lama mereka yang sudah mapan sudah tak relevan lagi, sudah tak menjawab tantangan zaman yang sudah jauh berbeda dari tantangan zaman ketika agama mereka dulu disusun oleh nenek moyang rohani mereka, di tempat yang lain.
Berbahagialah mereka yang tidak mau ditelan bulat-bulat oleh agama! Berbahagialah kalangan liberal! Karena tugas mereka mulia: menempatkan manusia kembali di atas agama, bukan sebaliknya. Agama ada untuk melayani manusia, bukan manusia ada untuk melayani agama. Manusialah tuhan atas agama, bukan agama tuhan atas manusia.