Friday, November 4, 2011

Kanak-kanak Yesus menghidupkan burung-burungan tanah liat

"Lewat banyak cara, kisah, tulisan, bahasa lisan dan aneka ragam jenis sastra, dan berbagai karya seni, Tuhan dicintai, diagungkan dan diberitakan dengan menawan dan menggerakkan hati. Teologi yang bagus dibangun untuk memenuhi kebutuhan pengagungan ini yang melahirkan kebajikan dan kehidupan." 
☆ ioanes rakhmat



Sumber gambar Jennifertetlow



☆ Editing mutakhir 18 Juli 2022

Ada sebuah kisah menarik tentang kanak-kanak Yesus membuat burung-burungan dari tanah liat, lalu Dia menghidupkan semuanya, dua belas ekor. Kisah yang memikat hati ini tidak ada dalam Perjanjian Baru, tetapi dituturkan dalam sebuah kitab Injil apokrif yang diberi nama Injil Masa Kanak-kanak Yesus menurut Thomas (The Infancy Gospel of Thomas) pasal 2:1-7. 

Selengkapnya bagian teks Kristen apokrif ini disajikan di bawah ini, bersumber dari buku The Complete Gospels. Annotated Scholars Version. Revised and Expanded Edition, yang disunting oleh Robert J. Miller (Sonoma, California: Polebridge Press, 1992, 1994) hlm. 369 ff.
Ketika kanak-kanak Yesus berusia lima tahun, dia bermain-main di arungan arus air yang mengalir. Dia membendung aliran air ini lalu mengarahkannya ke kolam-kolam dan segera membuat airnya bersih dan bening. Dia melakukan hal ini hanya dengan satu kali perintah. Kemudian dia mengambil tanah liat dan membuatnya lunak, lalu dari tanah liat ini dia membentuk dua belas ekor burung pipit. Dia melakukan hal ini pada hari Sabat, dan banyak anak lelaki lain bermain bersamanya. 
Tetapi ketika seorang Yahudi melihat apa yang dibuat Yesus pada waktu dia sedang bermain-main di hari Sabat, segera orang ini pergi menjumpai Yusuf, ayah Yesus, lalu berkata, “Mari lihat, anakmu sedang berada di arungan air dan telah mengambil lumpur lalu membuat dua belas burung-burungan darinya, dengan demikian dia telah melanggar hari Sabat.” 
Maka Yusuf mendatangi anaknya, dan segera setelah dia menjumpai-Nya, berteriaklah dia, “Mengapa engkau melakukan hal yang tidak diperbolehkan pada hari Sabat?” Tetapi Yesus hanya menepuk-nepuk kedua belah tangannya dan berseru kepada burung-burungan itu, “Terbanglah jauh-jauh, hiduplah, dan ingatlah aku!” Seketika itu juga semua burung pipit itu melambung dan terbang jauh dengan sangat ribut. 
Orang-orang Yahudi memperhatikan semua hal ini dengan keheranan, lalu meninggalkan tempat itu untuk melaporkan kejadian ini kepada para sesepuh mereka tentang apa yang mereka lihat telah dilakukan Yesus.

Kisah di atas adalah bagian dari banyak sastra glorifikasi atau pengagungan tentang tindak-tanduk dan perbuatan luar biasa kanak-kanak Yesus yang memenuhi seluruh dokumen Injil Masa Kanak-kanak Yesus menurut Thomas. (Catatan: Injil ini tidak sama dengan Injil Thomas yang memuat 114 ucapan Yesus yang umumnya berdiri sendiri-sendiri.)



Hayo, hayo terbang, dan jangan kembali lagi, tapi ingatlah Aku selalu...!



Injil Masa Kanak-kanak Yesus menurut Thomas ini mengisahkan tahap-tahap perkembangan yang dialami kanak-kanak Yesus, dan tindakan-tindakan-Nya yang dikisahkan di dalamnya dinyatakan terjadi berturut-turut pada waktu Dia berusia lima tahun (2:1), enam tahun (11:1), delapan tahun (12:4) dan terakhir dua belas tahun (19:1).

Episode-episode kehidupan kanak-kanak Yesus yang dituturkan ini, sampai Dia berusia dua belas tahun, tampaknya dimaksudkan oleh penyusun Injil ini untuk mengisi kekosongan informasi tentang masa kanak-kanak Yesus, mulai dari kelahiran-Nya sampai Dia berusia dua belas tahun. 

Kita tahu, penulis Injil Lukas mengisahkan hanya satu peristiwa yang terjadi pada kanak-kanak Yesus ketika Dia sudah berusia dua belas tahun, yakni Dia terlibat dalam suatu diskusi agama dengan para alim ulama di Bait Allah Yerusalem (Lukas 2:41-52).

Kalau Yesus mulai tampil di muka umum sebagai seorang guru Yahudi katakanlah pada waktu Dia sudah berusia dewasa 30 tahun, maka tentu akan juga timbul rasa ingin tahu dan spekulasi-spekulasi tentang apa yang telah terjadi pada Yesus mulai dari usia dua belas tahun sampai usia tiga puluh tahun. 

Salah satu dugaan adalah bahwa dalam kurun waktu ini (usia 12-30 tahun) Yesus pergi meninggalkan Israel, berguru pada para ahli agama di kawasan timur, di Asia, mungkin di Tibet, di India, di Kashmir, atau tempat-tempat lain. Ihwal sampai sejauh mana kebenarannya, tidak menarik minat para peneliti sejarah kehidupan Yesus untuk menelitinya.

Sama seperti kisah-kisah hebat tentang kanak-kanak Yesus yang diagungkan sampai Dia berusia dua belas tahun dalam Injil Masa Kanak-kanak Yesus menurut Thomas, kisah-kisah tentang segala hal apapun yang terjadi pada Yesus dalam usia 12 sampai 30 tahun juga ditulis untuk mengisi kekosongan informasi yang tidak diisi oleh kitab-kitab injil dalam Perjanjian Baru.

Penulisan Injil Masa Kanak-kanak Yesus menurut Thomas tak dapat dilepaskan dari keperluan yang dirasakan oleh umat Kristen perdana untuk menyusun kristologi yang bukan hanya menggambarkan peran yang akan dimainkan Yesus Kristus di akhir zaman, di ujung waktu, sebagai sang Hakim adikodrati yang akan datang kembali di akhir zaman untuk mengadili dunia (ini dinamakan eskatologi), tetapi juga menggambarkan asal-usul agung Yesus Kristus.

Minat kepada asal-usul Yesus ini (dinamakan protologi) mendorong penulisan kisah-kisah kelahiran Yesus di kurun belakangan. Kisah-kisah tentang kelahiran Yesus ini dapat kita baca dalam Injil Matius (1:18-2:12) dan Injil Lukas (1:26-2:40), yang keduanya ditulis sekitar tahun 85, tetapi tak terdapat dalam Injil Markus yang ditulis lebih dulu (tahun 70). 

Protologi Kristen di dalam Injil Yohanes (ditulis tahun 90) bahkan menelusuri asal-usul Yesus Kristus sampai ke “pada mulanya”, ke kawasan transenden adikodrati, sehingga Yesus dipandang memiliki kepraadaan, atau pra-eksistensi, di kawasan adikodrati, sebagai “sang Firman” atau “sang Kalam” (ho Logos) yang “ada bersama-sama dengan Allah dan yang adalah Allah” (Yohanes 1:1). Teks ini menyatakan ada pembedaan sekaligus ada kesatuan antara sang Firman, ho Logos, dan Allah, ho Theos. Ini adalah kristologi glorifikasi puncak.

Sama seperti kisah-kisah kelahiran Yesus (dalam Injil Matius dan Injil Lukas) dan protologi Injil Yohanes disusun dengan memakai bahasa iman atau bahasa syahadat (confessional language), demikian jugalah halnya dengan Injil Masa Kanak-kanak Yesus menurut Thomas

Kisah-kisah luar biasa tentang Yesus dalam kitab Injil ini adalah kisah-kisah yang lahir dari kepercayaan, dari pengakuan iman, dari syahadat, dari glorifikasi atau pemuliaan, sebagai bagian dari respons iman kepada Yesus sebagai sang Tuhan, ho Kurios, yang diagungkan dan dimuliakan. 

Semua eskatologi dan protologi, bahkan semua teologi, adalah bahasa kesalehan, bahasa pengakuan iman, bahasa syahadat, confessional language, bahasa glorifikasi, bahasa pemuliaan dan pengagungan, yang berkembang bertahap hingga tiba di puncaknya ketika Yesus diglorifikasi sebagai sang Tuhan gereja, sang Tuhan penyelamat dunia. Puncak glorifikasi adalah deifikasi atau apotheosis: Yesus bukan lagi hanya manusia, tetapi Allah sendiri.

Kapan Injil Masa Kanak-kanak Yesus menurut Thomas ditulis?

Injil ini tersedia dalam versi-versi bahasa Syria, Yunani, Latin, dan Slavonia, dan manuskrip tertuanya ditulis dalam bahasa Syria pada abad ke-6 Masehi. 

Namun kita dapat memastikan bahwa Injil ini sudah ditulis pada abad kedua, sebab rujukan terawal kepada Injil ini terdapat dalam sebuah risalah yang ditulis bapak gereja Irenaeus, uskup dari Lyons, pada penghujung abad ke-2 (sekitar tahun 185 M), dengan judul Melawan Para Bidah (Against Heresies).

Dalam risalah ini, Irenaeus menyebut adanya “tulisan-tulisan apokrif dan palsu” yang mencakup sebuah “kisah yang menuturkan tentang Tuhan ketika dia pada masa kanak-kanak sedang belajar alfabet. 

Ketika sang guru sebagaimana lazimnya berkata kepada-Nya, ‘Katakanlah Alfa’, Dia menjawab, ‘Alfa’. Ketika selanjutnya sang guru berkata Beta, Tuhan menjawab, ‘Katakanlah pertama-tama kepada-Ku apa itu Alfa, maka Aku akan mengatakan apa itu Beta.’” 

Teks Irenaeus ini jelas sekali mengacu ke suatu episode kehidupan kanak-kanak Yesus yang dikisahkan dalam Injil Masa Kanak-kanak Yesus menurut Thomas pasal 6-8 dan pasal 14-15. Bagaimana pun juga, motivasi penulisan kisah-kisah masa kanak-kanak Yesus ini sangat positif, yakni memuliakan dan mengagungkan kanak-kanak Yesus, motivasi yang keluar dari cinta orang-orang pada masa kekristenan awal terhadap Yesus, Tuhan gereja.

Ya, kisah kanak-kanak Yesus membuat burung-burungan dari tanah liat lalu menghidupkan dan menyuruh mereka terbang, sangat meresap di hati, menggerakkan kalbu, ketika dibaca sebagai kisah glorifikasi Yesus. 

Iman memerlukan bukan hanya dalil-dalil doktrinal, tapi juga kisah-kisah. Lewat kisah-kisah besar, great narratives, iman dirayakan dan dihayati serta diungkap dengan mengesankan dan berdampak langgeng pada kehidupan umat.

Stay blessed.

Editing mutakhir 18 Juli 2022